Tim 1 Kobra, Representasi Tenaga Kesehatan Indonesia Yang Tidak Menyerah Melawan Covid-19
Oleh : Pudji Widodo
Spirit perjuangan tim 1 Kobra.
Pada hari pertama Lebaran Iedul Fitri tanggal 24 Mei 2020, saya membuka video di grup WA Forum Korps Kesehatan TNI yang diunggah Kolonel Laut dr. Tjahya Nurrobi, Sp.OT. Sesuai suasana hari itu, konten yang diunggah pamen Puskes TNI tersebut berisi ucapan selamat lebaran dari tim medis yang memberi nama kelompoknya sebagai Tim 1 Kobra. Video tersebut menayangkan sekitar 30 orang yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap yang kompak dengan diiringi gema takbir, bersama-sama mengucapkan : ”Dari Wisma Atlit Kemayoran, kami tim satu Kobra mengucapkan selamat Idul Fitri, minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Tim Kobra, selalu semangat dan gembira”.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19, pemerintah telah memfasilitasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC-19) dalam hal ini Kogasgabpad menggunakan Wisma Atlit (WA) sebagai fasilitas kesehatan. Wisma Atlet Kemayoran dipergunakan untuk Rumah sakit Darurat Covid-19 dan WA Pademangan untuk fasilitas observasi WNI pasca repatriasi <1> . Dengan demikian jelas bahwa WA Kemayoran merupakan fasillitas dengan fungsi di ranah teknis medis pelayanan kesehatan, sedang WA Pademangan berfungsi lebih ke ranah administrasi kekarantinaan.
Tim 1 Kobra adalah kelompok dokter umum yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19, Wisma Atlet (WA) Kemayoran. Terdapat 130 orang dokter umum yang berasal dari unsur Kesehatan TNI, Polri dan relawan IDI yang bertugas RSD Covid-19 WA Kemayoran. Bertindak sebagai koordinator dokter umum adalah Letda Laut (K) dr. SN. Tommy Antariksa, yang sehari-hari bertugas di Batalyon Kesehatan 1 Marinir Pasmar-1. Sebelum bertugas di WA, Pama kesehatan Kormar ini juga sudah melaksanakan tugas di Lanud R. Sadjad Natuna Kepri dan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Pulau Sebaru Kep. Seribu Jakarta. Dua fasilitas ini menjadi lokasi penanganan WNI pasca-repatriasi dan evakuasi dari Hubei Tiongkok dan ABK kapal pesiar luar negeri.
Dengan demikian dr. Tommy telah lebih dari 4 bulan meninggalkan satuan asal untuk melaksanakan dinas luar. Bahkan Letkol laut (K) drg. Muh. Arifin, So.Ort, M.Tr.Opsla, Komandan Batalyon Kesehatan 1 Marinir pun kompak tinggal di salah satu lantai Tower WA yang dipergunakan sebagai akomodasi anggota berbagai satuan tugas (satgas). Menurut pengalaman penulis Kogasgabpad biasanya terdiri dari Satgas Kesehatan untuk fungsi hospitalisasi, Satgas Pendukung Fasilitas dan Kemarkasan (logistik-perbekalan, peralatan, komunikasi elektronika, angkutan, unsur zeni nubika ), Satgas Pengamanan serta fungsi kesekretariatan.
Lebih dari sekedar membuat kenang-kenangan saat bersama dalam satu penugasan yang didokumentasikan dalam bentuk video, terdapat dua kepentingan atas narasi yang diungkapkan oleh Tim 1 Kobra baik keluar maupun untuk internal mereka sendiri. Terkandung maksud bahwa para dokter itu telah mendediikasikan profesi mereka sepenuh hati, berusaha melaksanakan pelayanan sesuai SOP agar aman bagi pasien, aman bagi petugas dan aman secara administrasi medis. Sesungguhnya untuk meminimalkan resiko, manajemen rumah sakit manapun biasanya menggunakan mekanisme laporan pagi dan evaluasi pelayanan harian serta brifing pimpinan. Namun bila masyarakat khususnya para pasien mendapati ada hal-hal yang tidak memuaskan dan tidak nyaman baik secara teknis medis maupun interaksi personal, maka pada saat momen Idul Fitri ini seluruh tim medis dengan tulus memohon maaf atas terjadinya kekurangan tersebut.
Pada sisi lain dapat dipahami bahwa pelaksanaan tugas yang lama dan terus menerus, tidak dapat bertemu keluarga serta tingginya resiko terpapar penyakit yang dapat mengancam keselamatan mereka dan berjam-jam mengenakan pakaian APD lengkap merupakan stressor fisik dan mental yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas para tenaga kesehatan. Namun dengan percaya diri mereka menyatakan bahwa “Tim 1 Kobra, selalu semangat, selalu gembira”. Ekspresi selalu gembira para dokter tersebut mengingatkan kita kepada semboyan yang pernah digencarkan mantan Dankormar 2011-2012 Letjen TNI Mar (Purn) Alfan Baharudin, yaitu “Marinir gembira di tengah keluarga, di pangkalan, dalam latihan maupun di palagan.”<2>.
Penampilan yel-yel satuan di lingkungan tentara adalah hal yang biasa. Layaknya kredo yang mereka ucapkan pada setiap upacara dan seremoni kesatuan secara periodik. Yel-yel sebagai pembangkit spirit, sama dengan berbagai kalimat bijak pahlawan yang terpampang di dinding markas satuan, khususnya dari tokoh-tokoh heroik yang tercatat memimpin pertempuran atau terlibat dalam peperangan. Seingat saya pada kurun tahun 2000 – 2004, satu hal yang penulis kagumi bila berada di lingkungan kesatrian Komando Latih Marinir (Kolatmar) di Gunungsari Surabaya adalah adanya papan merah dengan tulisan kuning yang terpampang di berbagai lorong gedung, berupa kalimat yang mengisahkan keberhasilan satuan marinir di berbagai palagan pertempuran.
Diskripsi peristiwa heroik tersebut misalnya seperti ini : “Pantai Kema Manado Sulut, direbut dan dikuasai pasukan Batalyon Tim Pendarat (BTP) KKO AL dari pemberontak Permesta pada tanggal 16 Juni 1958” Tercantum juga jumlah dan nama personel, bila di suatu lokasi pertempuran mengakibatkan gugurnya para prajurit KKO AL. Hal-hal seperti Ini merupakan bentuk pewarisan semangat perjuangan dan tradisi menjaga kehormatan para pendahulu KKO AL kepada para prajurit Korps Marinir masa kini, yang sedang mengikuti kursus atau latihan tertentu di Kolatmar.
Indonesia terserah
Tayangan video tentang tim 1 Kobra RSD WA Kemayoran juga menjawab keraguan sebagian masyarakat tentang menurunnya motivasi pelayanan kesehatan dalam menangani wabah Covid-19, sebagaimana diindikasikan dengan munculnya tagar “Indonesia Terserah” yang membuat riuh jagat maya. Kompas.com menyatakan bahwa topik ini muncul sejak tanggal 15 Mei 2020 setelah viral adanya kerumunan masyarakat saat penutupan gerai McD Sarinah dan adanya kepadatan calon penumpang di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta<3>. Dalam video tersebut ditayangkan gambar tenaga medis dengan kostum APD lengkap di rumah sakit sambil menunjukkan tulisan “terserah”.
Sementara itu relawan Covid-19, dr. Debryna Dewi tegas menyatakan bahwa tagar #Indonesiaterserah bukanlah tanda bahwa para tenaga medis menyerah dalam perjuangan menghadapi pandemi Covid-19. Justru sebaliknya tagar tersebut menandakan bahwa para tenaga medis akan terus berjuang menghadapi Covid-19 (wow.tribunnews.com, 18 Mei 2020)<4>. Diksi “terserah” yang dipilih para tenaga medis menurut penulis merupakan bentuk komunikasi dan edukasi untuk mengingatkan bahwa terserah masyarakat, karena nanti yang menanggung kerugian juga masyarakat, mulai dari tingginya angka kematian, semakin berlarutnya penyebaran wabah, timbulnya kemungkinan berlipat kali mutasi dan perubahan karakter virus yang mempersulit penghentian transmisi, kehilangan sumber daya manusia usia produktif dan anak-anak penerus generasi bangsa, berlarutnya proses pemulihan kemampuan dan daya dukung ekonomi.
Apa yang diungkapkan para tenaga medis melalui tagar #Indonesiaterserah adalah model pendekatan komunikasi yang maknanya sama dengan :
- “Masyarakat yang meremehkan pandemi Covid-19 berarti tidak khawatir akan mengalami seperti yang terjadi di Italia, Spanyol, atau Amerika Serikat yang korbannya bahkan lebih banyak dibanding China sebagai lokasi awal wabah?"
- “Apa kita tidak malu dengan Vietnam yang sukses lebih dahulu menghentikan penyebaran Covid-19 dengan angka kematian yang rendah”, atau
- “Apa berani dan ingin seperti Swedia yang berharap timbulnya Herd Immunity alami yang ternyata gagal?”.
- "Bila kita tidak peduli mengatasi pandemi, berarti mendorong negeri ke jurang resesi ekonomi".
Tagar #Indonesiaterserah menurut penulis juga ditujukan kepada aparat dan para pemangku kepentingan agar lebih serius melakukan pengendalian, pengawasan dan penerapan hukuman bagi para pelanggar ketentuan PSBB. Tidak cukup masyarakat dan pelaku usaha dihimbau taat melakukan social distancing. Pemda bersama aparat keamanan dengan memberdayakan komponen potensi masyarakat berkewajiban aktif melakukan inisiatif, pengawasan dan pengendalian ketat terhadap pelaksanaan PSBB di berbagai fasilitas publik. Apapun namanya gerakan total perlawanan terhadap Covid-19 sampai pada level dusun-desa; RW-kelurahan berupa “jogo tonggo” (menjaga lingkungan) atau kampung tangguh harus disupervisi agar nyata terlaksana.
Kini PSBB memasuki tahap ketiga dengan berbagai variasi hasil, di DKI Jakarta menunjukkan laju kasus yang melandai, sebaliknya Jatim khususnya kawasan Surabaya Raya justru meningkat tajam menggeser Jabar di posisi kedua setelah Jakarta. Sementara Bali dan Yogyakarta yang tidak menerapkan PSBB berhasil menekan penyebaran Covid-19 dan tidak ada penambahan kasus baru. Kedua daerah tersebut bahkan mempersiapkan untuk uji coba pelaksanaan Normal Baru yang wacananya sudah digulirkan oleh pemerintah pusat.
Sebagai warga Jatim, penulis berharap agar Pemda kawasan Surabaya Raya tidak perlu tergesa-gesa melonggarkan pengendalian untuk penerapan kehidupan Normal Baru. Justru PSBB tahap ketiga harus dituntaskan sebagai gerakan total untuk memutus transmisi Covid-19 dengan konsisten melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penerapan hukuman untuk memaksa masyarakat tertib mengikuti ketentuan PSBB. Hal penting lainnya dalam situasi pembatasan sosial adalah memastikan meratanya distribusi bantuan kepada warga terdampak khususnya pekerja sektor informal dan kelompok rentan. Tentu sulit bagi warga untuk tetap diam di rumah dengan perut yang lapar. Pemetaan wilayah penyebaran Covid-19 pun merupakan prioritas dengan melakukan skrining Covid-19 yang masiv selama pelaksanaan PSBB.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk berandai-andai bagaimana nanti bila PSBB tahap ketiga di kawasan Surabaya Raya ternyata gagal. Kita semua tentu ingin segera kembali hidup normal, meski realitanya ternyata tidak mungkin, karena yang kita akan alami bukan normal seperti dulu, tetapi “Normal Baru”. Suatu paradigma baru menjalani kehidupan yang menyesuaikan terus berdampingan dengan ancaman Covid-19, karena belum ditemukannya vaksin untuk melawan SarscoV-2. Ketika wabah berakhir kita pun juga tetap dihantui munculnya kejadian luar biasa. Jpnn.com mewartakan bahwa seperti saat ini di Korea Selatan, setelah dibuka kembali karena membaiknya situasi sejak tanggal 6 Mei 2020, ternyata muncul klaster baru sehingga seluruh fasilitas publik di Seoul ditutup kembali tanggal 29 Mei sampai 14 Juni 2020 <5>.
Bila ternyata terjadi perburukan situasi setelah PSBB usai, maka yang mengalami kerugian juga adalah masyarakat, sedang para tenaga kesehatan sebagai bagian dari GTPPC-19 tetap akan terbenam dalam isolasi rumah sakit sebagai resiko tugas. Apapun yang terjadi, yang penting seluruh tenaga kesehatan telah dan tetap akan bertugas sesuai standar pelayanan medis, SOP penanganan Covid-19 dalam bingkai kode etik profesi. Dalam perspektif inilah maka video tentang Tim 1 Kobra RSD Wisma Atlet Kemayoran yang “selalu semangat, dan selalu gembira” menjadi penting.
Realitas penampilan personel Tim 1 Kobra dalam video berupa sekelompok tenaga medis yang tegak berdiri kokoh, mengenakan APD lengkap dengan setting lingkungan di depan pintu masuk gedung Rumah Sakit Darurat Covid 19 dan, bersama-sama mengucapkan rangkaian kata yang nyaring dengan penuh semangat dan gembira. Medium yang jelas tertangkap berupa takbir dan bunyi nyaring irama teratur pukulan beduk dan situasi religius adalah kode sosial yang mencitrakan adanya hubungan erat tugas dan religiositas. Jadi apa makna pesan video Tim-1 Cobra ?
Dapat disimpulkan bahwa makna pesan dari video Tim-1 Cobra adalah mereka tetap pada kesiapsiagaan yang prima dan penuh dedikasi menangani ancaman Covid-19. Tugas adalah kehormatan yang dipertanggungjawabkan bukan hanya secara kedinasan, namun terutama kepada Tuhan karena setiap tenaga kesehatan dalan melaksanakan tugas dan jabatan profesinya terikat dengan sumpah. Butir terakhir sumpah dokter adalah : “saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya”.
Tayangan video para dokter yang tergabung di Rumah sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran memberi perspektif bahwa bukan hanya para dokter, namun seluruh sumber daya manusia institusi kesehatan di Indonesia yang tergabung dalam unsur pelaksana Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya sebagai konsekwensi pilihan profesi maupun sebagai ladang ibadah. Para tenaga kesehatan Indonesia tidak akan pernah menyerah melawan Covid-19.
Semoga masyarakat yang dilayani makin peduli dan mentaati regulasi PSBB, serta seluruh instansi pemangku kepentingan tanggap dan sigap menangani krisis multi dimensi akibat pandemi Covid-19 yang menyengsarakan rakyat. Para pejabat publik seharusnya fokus melayani rakyat, tidak menjadikan bencana sebagai modal sosial menuju pertarungan elit kekuasaan lokal maupun nasional. Jadi lupakan dulu konflik dan polarisasi politik.
Salam Indonesia Sehat.
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 30052020.
Ditulis untuk mengenang insan kesehatan yang gugur dalam tugas penanganan pandemi Covid-19.
Sumber :
1. Rahma A. https://nasional.tempo.co/read/1345856/3-tower-wisma-atlet-untuk-karantina-wni-dari-luar-negeri/full?view=oke, 24 Mei 2020 diakses 27 Mei 2020.
2. Dispen Kormar. https://marinir.tnial.mil.id/?berita=detail&=5839, 24 April 2018 diakses 27 Mei 2020.
3. Bayu G (ed). https://nasional.kompas.com/read/2020/05/18/15572871/viral-tagar-indonesiaterserah-n--tanggapan-ketua-gugus-tugas, 18 Mei 2020 diakses 27 Mei 2020.
4. Anung. https://wow.tribunnews.com/2020/05/18/ini-cerita-lahirnya-tagar-indonesia-terserah-dokter-covid-19-kalian-tahu-kami-juga-manusia-?page=all_ga=2.71553239.59970328.159062-223581668.1588916946, 18 Mei 2020 diakses 29 Mei 2020.
5. https://m.jpnn.com/news/korsel-tiba-tiba-memburuk-tempat-hiburan-malam-jadi-mengerikan, 30 Mei 2020 diakses 30 Mei 2020.
(RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, sumber foto : tirto.id, 22/4/2020)
MTRNWNJIH PENCERAHANNYA... KOMANDOOO!!!
BalasHapusTerima kasih atas perhatian Bapak Komando.
BalasHapusHormat saya.