Bangkitnya Para Adisatria Nusantara

Oleh : Pudji Widodo

Patriot imajiner di tengah pandemi

Jaman masih di Sekolah Dasar, saya sudah membaca komik para jagoan lokal yang mewakili suku-suku di Nusantara. Saya lupa judul dan pengarang komik tersebut.  Yang saya ingat, komik itu mengisahkan seluruh jagoan itu bersama bersatu membasmi kejahatan.

Kesamaan di antara para satria tersebut adalah masing-masing memiliki identitas kalung dengan liontin bergambar garuda. Sang komikus rupanya ingin membangkitkan inspirasi pentingnya menjaga persatuan kesatuan generasi muda sejak anak dan remaja.

Selanjutnya Pangeran Mlaar, Aquanus, Godam dan Gundala adalah para adisatria hasil imajinasi para komikus pada masa remaja saya. Tentu saja ampuhnya jurus pendekar Si Buta dari Goa Hantu dalam serial komik silat juga saya nikmati tuntas.

Namun ada yang terlewatkan dalam masa remaja saya yaitu tokoh Sri Asih, yang dihadirkan komikus RA Kosasih. Sedang karya RA Kosasih lainnya yang saya baca sampai tamat adalah komik Mahabarata dan Baratayuda. Maka ketika sutradara Upi menyatakan Sri Asih sebagai serial Bumilangit Cinematic Universe (BCU) dirilis 17 November 2022,  saya memutuskan wajib menonton.

Sebelum Sri Asih, serial patriot pertama dari BCU adalah pahlawan super Gundala, yang ditayangkan perdana pada 29 Agustus 2019. Saya menonton aksi Gundala dalam situasi yang berbeda karena saat itu Covid 19 belum mengganas. Nah bila aksi Tom Cruise dalam film Top Gun - Maverick saya tonton pada masa pandemi, mengapa film Sri Asih yang produksi anak bangsa tidak saya tonton.

Tentu taat prokes menjadi kewajiban agar tetap bisa menikmati hiburan di tengah pembatasan yang secara formal belum dicabut pemerintah. Situasi kasus harian Covid-19 meningkat kembali sejak bulan September. Seminggu ini jumlah terkonfirmasi Covid-19 perhari se Indonesia tertinggi pada 23 November 2022 mendekati 7700 dan 850 kasus diantaranya ada di Jawa Timur. Bagusnya saya tak menjumpai pengunjung mall tanpa masker, kecuali yang sedang makan di lokasi food court.

Bagusnya juga vaksin Indovac yang dikembangkan PT Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat sudah bisa digunakan. Vaksin Indovac telah mendapat ijin penggunaan darurat dari BPOM (setkab.go.id). Menkes RI bahkan sudah mengingatkan pemberian booster kedua untuk para lansia.

Rindu adisatria dunia nyata

Minggu 20 November 2022,  lobi Cinema 21 mall Royal Plaza siang itu ramai pengunjung. Terdapat empat teater Cinema 21, namun saya hanya ingat tiga judul film yang siang itu diputar yaitu Black Panther - Wakanda Forever, Qodrat dan Sri Asih. Adanya tayangan film Black Panther super hero manca negara tidak menggoyahkan saya untuk tetap menonton Sri Asih.

Hilir mudik para pengunjung menunggu pemutaran  film dan antri di depan gerai makanan minuman Royal 21. Sebuah dinamika ekonomi sedang berlangsung di tengah bayangan ancaman resesi. Tampak juga efisiensi yang dilakukan manajemen bioskop melalui layanan tiket online dan berkurangnya jumlah personel satpam dibanding sebelum pandemi Covid-19.

Teater 2 di mana film Sri Asih diputar hanya terisi penonton 35% kapasitas, entah berapa pada jam pertunjukan berikutnya. Mungkinkah rumah produksi Screenplay Bumilangit dapat meraih untung ? Situs filminfonesia.or.id mencatat film Sri Asih baru ditonton 403.231 orang sejak tayang pada 17 November 2022. Sebagai pembanding Gundala berhasil ditonton 1.699.433 orang, dengan ongkos produksi Rp 30M.

Pembanding berikutnya adalah film Satria Dewa : Gatotkaca yang dirilis Juni 2022. Nama besar sutradara Hanung Bramantyo tidak menjadi jaminan keberhasilan Gatotkaca. Serial pertama Satria Dewa Universe ini hanya bisa mendatangkan 186.133 penonton  selama penayangannya.

Sementara Black Panther Wakanda Forever dalam empat hari selama pekan pertama penayangannya sejak tanggal 9 November 2022 di Indonesia telah mendulang lebih dari Rp94,9 miliar. Jumlah pendapatan tersebut diperoleh dari kehadiran 2,3 juta penonton (CNN Indonesia, 14/11/2022).

Data tersebut kiranya menggugah kita untuk seimbang memberi apresiasi. Para pekerja seni perfilman Indonesia telah bekerja keras di tengah tekanan pandemi. Menonton karya mereka adalah bagian dari upaya pemulihan ekonomi nasional.

Menarik untuk dicatat juga upaya Grab Indonesia mengadakan kegiatan "Nonton Bareng Warga Grab" serentak di 16 kota. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 4.000 Mitra Pengemudi beserta anggota keluarganya. Sebelumnya Grab Indonesia juga pernah menggelar nonton bareng mitra pengemudi film Pengabdi Setan-2 (jogya.antaranews.com, 19/11/2022).

Sebuah upaya simbiosis secara tidak langsung untuk saling menghidupi antara insan industri perfilman BCU dengan Grab Indonesia. Kerja sama TNI AL dengan media televisi ANTV dalam produksi sinetron Bintang Samudra adalah contoh lain.

Tentang film Sri Asih saya tak perlu sampaikan karena sinopsisnya bisa dibaca dari berbagai media. Menurut saya film ini bahkan lebih bagus dari Gundala sebagai sekuel BCU pertama. Pevita Pearce yang saya saksikan dalam "Tenggelamnya kapal Van der Wijck," jelas berbeda ketika berperan sebagai Alana, nama Sri Asih dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti film laga lainnya, efek visual teknik computer generated imagery (CGI) menjadi andalan Sri Asih. Namun saya percaya Pevita Pearce tetap mendalami dasar-dasar olah gerak bela diri, selain supervisi dari Iko Uwais. Hal itu diperlukan bukan hanya untuk mendukung perannya sebagai Sri Asih, tetapi juga sebagai Alana yang hidup dari  atas ring arena kompetisi atlet petarung profesional.

Problem sosial yang diangkat oleh Upi sebagai sutradara pun relevan dengan situasi kekinian. Di negerinya Alana, oknum penegak hukum tak dapat diharapkan sebagai pengayom dan pelindung masyarakat karena telah dibeli oleh pelaku kejahatan. Untuk menolong masyarakat itulah, Alana terpilih menjadi generasi titisan Dewi Asih. Dewi Asih selamanya menjadi musuh bebuyutan Dewi Api yang menjadi sumber kejahatan.

Gundala dan Sri Asih telah hadir dan dari BCU akan muncul para patriot pada produksi berikutnya. Ada yang telah diperkenalkan sebelum cerita Sri Asih dimulai yaitu trailer Virgo and The Sparklings. Sedang adisatria Godam muncul di post-credit scene Sri Asih.

Bangkitnya kembali para adisatria seperti mewakili harapan masyarakat atas tegaknya keadilan di negeri kita. Bagaimana tidak memprihatinkan bila ada Hakim Agung sebagai benteng terakhir keadilan pun telah ditangkap KPK. Indonesia membutuhkan adisatria di dunia nyata, bukan adisatria imajiner untuk hiburan semata (pw).

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 27112022 (129).

Telah diunggah di media TAFENPAH.Com, 28/11/2022.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legwraps sepatu tentara bukan aksesori tanpa makna

Pengesahan Nama Korps, Satuan dan Baret KKO AL Sebagai Pasukan Pendarat Amfibi

Bukan Sekedar Membangun Citra, Kompi Protokol Mabes TNI AL Ganti Kostum