Legwraps sepatu tentara bukan aksesori tanpa makna

(Foto : Kelompok pembawa lambang-lambang fakultas UNHAN yang mengenakan legwraps putih. msn.com )

Legwraps sepatu tentara, bukan aksesori tanpa makna

Oleh : Pudji Widodo

Kadet Universitas Pertahanan

Ada yang menarik perhatian saya pada seremoni penerimaan mahasiswa baru Universitas Pertahanan (Unhan) TA 2022 di Kampus Bela Negara, Sentul Bogor (msn.com, 2/9/2022). Model sepatu para kadet kelompok pembawa lambang fakultas dan universitas tidak seperti umumnya model sepatu bot atau sepatu lars yang biasa dikenakan personel militer atau polisi. Saya tertarik mengulik hal ini, karena sebagai bagian dari gaya seragam militer di Indonesia, yang dikenakan kadet Unhan tergolong langka.

Sepatu lars atau sepatu bot bukan hanya menjadi kekengkapan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) TNI atau Polri. Sehari-hari kita melihat sepatu tersebut juga dikenakan anggota Satpol PP, Satpam, Linmas sampai anggota satgas partai. Selain model bertali, ada juga model sepatu tidak bertali, bentuknya tinggi hampir selutut, seperti yang dikenakan personel pengawal bermotor polisi militer, kavaleri berkuda dan polantas.

Selain bentuk, warna sepatu bot juga menyesuaikan pakaian dan merupakan identitas satuan. Kombinasi warna hitam dan putih digunakan pada sepatu boot polisi militer,  provos satuan TNI dan Propam Polri. Warna putih menjadi ciri sepatu bot kelompok pembawa lambang-lambang satuan, Paskibraka Paspampres dan Pasukan Protokol Kehormatan TNI. Sepatu bot dengan motif loreng digunakan oleh satuan Kopassus, Kostrad,  Kopaska, Marinir, Kopasgat, misi OPP PBB dan Brimob Polri. 

Mari kembali kepada para pembawa lambang-lambang fakultas dan universitas Unhan. Mereka mengenakan sepatu berwarna hitam yang dipadu dengan aksesori yang membungkus tungkai bawah mulai dari mata kaki sampai setinggi lutut berwarna putih. Sejauh ini tidak ada satupun satuan TNI yang sepatu PDLnya dipadu dengan aksesori tersebut, yang dikenal dengan sebutan legwraps.

Asal usul legwraps

Bila pembaca melihat foto dokumentasi perang dunia (PD) I dan II, maka akan mudah menemukan prajurit berbagai negara mengenakan legwraps. Di atas sepatu bot mulai mata kaki sampai hampir lutut terdapat kain seperti perban yang dipasang melilit spiral membungkus betis dan celana prajurit. Itulah legwraps.
(woolwrap puttees, dari hubpages.com)

Dalam bahasa Hindi, perban disebut  dengan "Patti," yang digunakan dengan cara dililitkan antara sepatu dan celana PDL. Patti lazim dipergunakan pasukan Inggris di India sejak abad 19 dan disebut Puttee. Puttee sebagai kain yang dililitkan di tungkai bawah ini merupakan legwraps yang klasik.

(Monumen prajurit KNIL di Museum Bronbeek Arnhem Belanda yang digambarkan mengenakan puttee, Tripadvisor)

Tak perlu jauh-jauh mencari contoh, tentara kolonial Belanda Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger  (KNIL) di negeri kita saat masih bernama Hindia Belanda juga mengenakan legwraps. Di Museum Bronbeek, Arnhem Belanda dan kwasan pemakaman Evereld Pandu Bandung, terdapat monumen tentara KNIL yang mengenakan legwraps klasik. Sedang pada beberapa foto pasukan KNIL pada jaman Republik Indonesia Serikat mengenakan legwraps modifikasi.    

Pasukan infanteri sebelum PD II umumnya mengenakan sepatu bot rendah setinggi mata kaki (ankle boot). Dengan bentuk sepatu demikian maka ujung celana yang mudah tersangkut akan mengganggu pergerakan prajurit di lapangan. Untuk itu legwraps membantu memperketat celana PDL di bagian betis.

Legwraps bermanfaat mencegah air,  kotoran dan lumpur masuk ke sepatu di medan tempur berlumpur dan berpasir. Legwraps membuat anggaran pengadaan sepatu prajurit lebih efisien karena sepatu bot setinggi lutut lebih mahal. Legwraps membuat sepatu lebih nyaman dan ringan saat berbaris, dibanding sepatu bot selutut yang biasa dikenakan prajurit kavaleri berkuda (quora.com).

Meskipun bermanfaat menyerap air dan membuat kaki relatif tetap kering, namun legwraps yang dipasang spiral melingkar pun tidak praktis karena sering melorot. Karena itu pada PD II, legwraps klasik diganti dengan bentuk tabung yang dilengkapi kancing. Dalam berbagai foto dokumentasi, legwraps seperti ini dikenakan personel US Army, juga para personel US Marine. 
 
(Ilustrasi perbedaan legwraps personel USMC pada PD I dan PD II)

Pada perang Korea legwraps sebagai aksesori sepatu telah ditinggalkan. Saat itu personel marinir AS telah mengenakan sepatu dari bahan kulit di bawah mata kaki dan langsung disambung dengan material kain kanvas di bagian atas mata kaki. Pada era ABRI prajurit TNI pun sempat mengenakan jatah sepatu PDL model kombinasi kulit dan kain kanvas, selain sepatu PDL klasik kulit "jeruk."

Legwraps kekinian.

Kini legwraps tidak lagi dipergunakan sebagai perlengkapan perorangan prajurit di medan tempur. Legwraps dikenakan sebagai aksesori sepatu pada kegiatan seremoni dan protokol militer. Namun di toko olahraga tersedia waterproof leg cover wraps untuk kegiatan hiking, mendaki gunung, ski dan berburu.

Di lingkungan pendidikan akademi TNI, legwraps dikenakan oleh kadet taruni AAL yang menjabat sebagai tambur mayor/penatarama genderang suling Gita Yala Taruna AAL. Meskipun di satuan TNI saat ini tidak ada yang mengenakan legwraps, bukan berarti prajurit TNI tidak pernah mengenakan aksesori sepatu tersebut. Personel Batalyon Pelaut Brigade Upacara TNI AL pada upacara parade HUT TNI 2004 pernah mengenakan sepatu berwarna putih dan legwraps berwarna putih.

(Personel Batalyon Tamtama Pelaut TNI AL mengenakan legwraps dan sepatu putih, sedang personel Batalyon Marinir TNI AL mengenakan sepatu PDL hitam, Upacara Parade HUT TNI 2004)

Meskipun tampak samar, legwraps sepatu personel TNI AL bisa dilihat pada foto saat Presiden Megawati selaku Irup sedang melaksanakan pemeriksaan pasukan parade (liputan6.com, 5/10/2004). Mungkin ini satu-satunya momen ketika personel bintara tamtama TNI AL mengenakan sepatu putih yang biasa dipakai sebagai kelengkapan PDU perwira. Pada berbagai upacara parade personel bintara tamtama TNI AL mengenakan sepatu PDL hitam.

Legwraps masih digunakan oleh kelompok Ceremonial Guard Angkatan Laut AS, Inggris, Prancis dan India. Demikian pula pasukan pengawal perbatasan Angkatan Darat India, mengenakan legwraps sebagai kelengkapan seragamnya. Seremoni penurunan bendera yang disebut Beating Retreat di pos perbatasan Wagah oleh pengawal perbatasan negara India dan Pakistan, menjadi pertinjukan yang menarik para wisatawan pada kedua sisi perbatasan negara tersebut.

Kolase foto US Navy Ceremonial Guards, Royal Navy dan pasukan pengawal perbatasan India (seragam coklat) yang mengenakan legwraps.

Penutup

Legwraps sebagai aksesori sepatu prajurit, sama seperti juga berbagai dekorasi pada pakaian seragam dinas prajurit. Aksesori, dekorasi, lencana pada pakaian dinas prajurit TNI bukan hiasan tanpa makna. Semuanya untuk menumbuhkan, meningkatkan dan memelihara kebanggaan, profesionalisme dan kehormatan prajurit sebagai aparat negara.

Prajurit adalah alat negara, bukan lagi menjadi dirinya sendiri. Karena ukuran tertinggi kehormatan adalah untuk kepentingan negara dan bangsa, bukan kepentingan pribadi. Prajurit TNI wajib menghindari perbuatan tercela untuk menjaga kehormatan satuan dan institusi TNI serta keberhasilan tugas yang dibebankan negara. Semua kepentingan pribadi wajib diletakkan dalam koridor kode kehormatan yang tercantum dalam Sumpah Prajurit, Sapta Marga dan Delapan Wajib TNI (pw).


Pudji Widodo,
Sidoarjo, 07092022 (124). 

Tulisan ini bagian dari keprihatinan atas keterlibatan 8 prajurit TNI dalam kasus pembunuhan dan mutilasi 4 warga sipil di Kabupaten Mimika Papua (kompas.com, 5/9/2022).

Tulisan ini telah di unggah di Secangkir Kopi Bersama (eskaber), 8/9/2022.

Rujukan (tautan) :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengesahan Nama Korps, Satuan dan Baret KKO AL Sebagai Pasukan Pendarat Amfibi

Bukan Sekedar Membangun Citra, Kompi Protokol Mabes TNI AL Ganti Kostum