Ketika Yos Membunuh Saudara Kandungnya

(fregat KRI Slamet Riyadi-352 dan KRI Yos Soedarso-353)


Oleh : Pudji Widodo


Sri ditembak dan ditenggelamkan

Yos mengakhiri hidup Sri saudara sekandungnya. Tubuh Sri hancur lebur dan jasadnya ditenggelamkan ke dasar laut Perairan Situbondo. Layaknya kisah  kriminal yang pernah  terungkap di media massa tentang pembunuhan dalam lingkungan keluarga. 

Tetapi ini bukan tentang kejahatan,  melainkan tentang akhir riwayat pengabdian salah satu kapal perang. SRI dan YOS adalah akronim nama fregat KRI Slamet Riyadi-352 dan KRI Yos Soedarso-353. Kedua kapal perang  TNI AL tersebut termasuk kelompok Fregat Perusak Kawal Rudal kelas Ahmad Yani.

Bekas fregat KRI SRI-354 menjadi sasaran tembak empat rudal yang diluncurkan dari  KRI Yos Soedarso-353, KRI Martadinata-331, dan KRI John Lie-358 dan KRI Tombak-629. Ditulis bekas karena KRI Slamet Riyadi-352  telah resmi mengakhiri dinas aktif 32 tahun yang ditandai dengan seremoni penurunan bendera ular-ular perang pada Agustus 2019. Adapun empat rudal anti kapal penghancur bekas KRI SRI adalah produksi China dan Perancis dan ditembakkan dalam serial Latihan Gabungan TNI Juli 2023 di Laut Jawa. 

Merunut dari pengadaannya, KRI Slamet Riyadi-352, merupakan kapal kedua dari enam unit Van Speijk Class Angkatan Laut Belanda yang dibeli Indonesia pada tahun 1987. Dihitung sejak diproduksi di Amsterdam pada tahun 1965 lalu resmi memperkuat AL Belanda pada tahun 1967, maka usia badan kapal total mencapai 54 tahun. Bandingkan dengan USS Bunker Hill (CG 52) kapal penjelajah Angkatan Laut AS yang pensiun pada 22 September 2023 setelah bertugas hanya 37 tahun.

Tentu saat memperkuat TNI AL kapal-kapal Van Speijk telah menjalani modernisasi sistem penggerak maupun senjatanya. Senjata KRI Oswald Siahaan-354 sebagai kapal keempat klas Ahmad Yani adalah rudal permukaan ke permukaan Yakhont; rudal permukaan ke udara Mistral dan terpedo anti kapal selam Mk.46. Sedang KRI Yos Sudarso-354 membawa rudal C-802 dan Mistral. 

Profesional dan proporsional

Menyusul purna tugas KRI SRI-352, menjadi pertanyaan fregat apa yang nanti menjadi pengganti seluruh kapal kelas Ahmad Yani. Selain melanjutkan program  SIGMA 10514 setelah meluncurkan KRI I Gusti Ngurah Rai, media massa menyebut berbagai pihak yang menawarkan pilihan frigat kelas Iver Huitfeldt Denmark, FREMM Itali, Mogami Class Jepang dan Arrowhead 140 Inggris. Sampai sekarang Kemhan dan TNI AL belum menentukan pilihan.

Selain rencana pengadaan fregat baru, Kemhan RI juga melakukan proyek refurbishment besar-besaran terhadap 41 kapal perang TNI AL pada tahun 2023. Upaya tersebut dilakukan guna memenuhi Minimum Essential Force (MEF) 2024. Proyek pembaruan kapal perang ini dilaksanakan oleh PT PAL Indonesia  bekerja sama dengan 9 (sembilan) galangan kapal di seluruh Indonesia. 

Pelaksanaan pembaruan kapal perang ini menunjukkan kesungguhan pemerintah dalam membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Upaya tersebut patut diapresiasi, di tengah keterbatasan yang membuat Indonesia tidak mampu mengganti seluruh kapal perang yang uzur langsung dengan kapal baru. Dalam hal ini pihak PT Len Industri (Persero) selaku induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan meramal Indonesia baru bebas dari impor alutsista dalam 15 tahun ke depan.

Pembaruan bukan hanya pemulihan fungsi awal kondisi kapal seperti puluhan tahun sebelumnya.  Diperlukan penggantian sistem mengikuti perkembangan teknologi pengindraan; senjata dan komando pengendalian serta dinamika perkembangan lingkungan strategis. Pembaruan kapal perang TNI AL saat ini mengejar target kuantitas MEF yang kebetulan waktunya sama dengan berakhirnya masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. 

Itu saja belum cukup. Presiden Joko Widodo pernah menugasi Menhan Prabowo Subianto menyusun rencana anggaran untuk membeli alutsista untuk 25 tahun ke depan yang nilainya mencapai Rp 1.700 triliun. Besaran anggaran tersebut diperlukan agar alutsista TNI memiliki efek penggentar dan kekuatan yang proporsional sesuai perkembangan teknologi dan generasi perang, mengatasi dinamika lingkungan strategis dan jumlahnya mencakup seluruh wilayah NKRI. 

Tanpa alutsista yang proporsional, pembagian kompartemen Kogabwilhan bak macan ompong. Hal tersebut bahkan menimbulkan pandangan skeptis bahwa validasi organisasi TNI tak lebih dari solusi internal upaya menyerap kelebihan personel nonjob akibat dari penambahan usia pensiun. Bahkan untuk kepentingan latihan pada tiga wilayah trouble spot dalam waktu yang sama, mungkin alutsistanya tidak cukup. Dampak berikutnya tentu mengancam profesionalitas prajurit.

Menhan Prabowo Subianto menyatakan bahwa kebijakan anggaran pada era Presiden Joko Widodo tercatat nilainya terbesar dalam sejarah pengadaan alutsista TNI. Hal ini patut menjadi perhatian menjelang suksesi kepemimpinan nasional 2024. Berharap semoga pemerintah periode berikutnya dapat melanjutkan program Presiden Joko Widodo, di antaranya program Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Akan lebih baik bila  dilakukan akselerasi rencana pengadaan alutsista yang semula 25 tahun menjadi 15 tahun. Tidak perlu berangan-angan masuk World Class Navy, lebih realis menggunakan  parameter mewujudkan Green Water Navy sesuai geografi Indonesia. Penjelasan Kasal Laksamana TNI Slamet Subiyanto pada tahun 2005 bahwa Green Water Navy Indonesia cukup memadai  untuk menangkal dan menghancurkan agresi serta melaksanakan tugas diplomasi sesuai kebijakan politik luar negeri.

Prioritas memang menjadi kata kunci. Semoga pemerintah selanjutnya berani menetapkan prioritas mewujudkan TNI dengan Kemampuan Pokok  Standar, bukan lagi Minimum Essential Forces (MEF). Ini bukan proyek ambisius, mewujudkan kekuatan TNI yang besar, modern dan tangguh adalah kebutuhan. Penggantian fregat kelas Ahmad Yani dan menambah jumlah kapal selam adalah sebagian kebutuhan prioritas kekuatan standar TNI AL.

Demikian sedikit harapan pada puncak peringatan Hari Maritim Nasional di Kupang 12 Oktober 2023. Sambil mengenang KRI Slamet Riyadi-352 yang telah menunjukkan ketangguhan sampai akhir tugasnya, juga berharap Eternal Patrol KRI Nanggala-402 tidak lagi terulang. Jangan sampai di palagan tugas, prajurit berupaya tabah mengawaki alutsista tua, sementara diskusi tentang prioritas tak kunjung tuntas (pw).


Pudji Widodo,
Sidoarjo, 12102023.
Telah diunggah di secangkirkopibersama (eskaber) 13/10/2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legwraps sepatu tentara bukan aksesori tanpa makna

Pengesahan Nama Korps, Satuan dan Baret KKO AL Sebagai Pasukan Pendarat Amfibi

Bukan Sekedar Membangun Citra, Kompi Protokol Mabes TNI AL Ganti Kostum