Telegram Menjelang Natal
Upacara pemberangkatan Satgaskes PRCPB TNI di dermaga Ujung,Koarmatim, foto : kominfo.jatimprov.go.id 26/12/2016
TELEGRAM MENJELANG NATAL, BIMA MEMANGGIL
Oleh : Pudji Widodo
Merayakan hari besar agama di tengah penugasan di daerah operasi sebenarnya hal yang biasa bagi prajurit TNI, demikian juga bagi Anak Buah kapal (ABK) KRI Teluk Bintuni 520. Menjelang berakhirnya tahun 2016, bayangan bisa menyambut tahun baru 2017 bagi seluruh ABK dan merayakan natal bagi ABK KRI yang beragama Kristen lenyap dari agenda keluarga masing-masing karena panggilan tugas, termasuk saya yang harus bergabung on board di kapal perang ini menjelang momen Natal 2016. Tanggal 24 Desember 2016 tengah hari, dari Letkol Laut (K) Arief, Kepala Sekretariat RSAL dr. Ramelan saya mendapat informasi bahwa tanggal 25 Desember 2016 jpukul 08.00 harus sudah berada di dermaga Satuan Kapal Amfibi Koarmatim Ujung dan embarkasi ke KRI Teluk Bintuni (TBN) 520 untuk melaksanakan tugas penanggulangan banjir bandang di Kota Bima.
Kota Bima Provinsi NTB pada tanggal 21 dan 23 Desember 2016, telah dilanda banjir bandang. Oleh karena berbagai keterbatasan sumber daya dan kendala, Walikota Bima menetapkan status tanggap darurat bencana dan mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah pusat untuk menanggulangi bencana banjir tersebut. Selanjutnya pada tanggal 24 Desember 2016 Panglima TNI melalui surat telegram memerintahkan pembentukan Satgaskes TNI Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRC PB) Banjir Bima dan menunjuk Kepala RSAL dr. Ramelan sebagai Penangungjawab Operasi (PJO) serta Kakesdam IX Udayana sebagai Komandan Satgaskes. Waktu yang tersedia kurang dari 12 jam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk persiapan dan koordinasi dengan satuan-satuan kesehatan yang akan terlibat dalam penugasan. Bagi TNI, nama satuan bukan sekedar identitas, tetapi juga menggambarkan peran, tanggungjawab dan upaya pembinaan.
Organisasi Pasukan Reaksi Cepat memerlukan sumber daya pengawak profesional, alat perlengkapan yang memadai, dibina dan dilatih secara periodik dan terukur baik internal satuan maupun gabungan antar satuan. Dan kali ini PRC PB TNI dituntut mempertanggungjawabkan keberadaannya saat rakyat memerlukan kehadirannya. Tugas sebagai PRC PB mengharuskan 2 (dua) satuan yang berpangkalan di Malang menggeser personel dan perlengkapannya ke Surabaya pada 25 Desember 2016 pukul 03.00 dini hari, yaitu Batalyon Kesehatan 2 Divisi I Kostrad yang akan menggelar Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) serta Batalyon Komando 464 Paskhas TNI AU dengan 1 peleton personel dilengkapi 2 Perahu Karet untuk tugas SAR.
Dari Perwira Departemen Farmasi RSAL dr. Ramelan, Letkol Sri Harjono, Apt saya mendapat kepastian bahwa telah disiapkan bekal kesehatan untuk 3000 pasien. Batalyon Kesehatan 1 Marinir juga akan menggelar Rumkitlap dan membawa 2 perahu karet. Untuk mobilisasi personel dan material di lapangan satuan-satuan tersebut tentu saja membawa kendaraan operasional 10 Truk, 2 mobil box,dan 2 mobil ambulan serta berbagai material pendukung kemarkasan (dapur lapangan, komunikasi elektronika, tenda pasukan dll). Seluruh material ini harus sudah masuk dan tertata di dek A dalam perut KRI TBN 520 sebelum jam 07.00. Selain membawa perlengkapan medis, KRI TBN 520 juga membawa bantuan dari jajaran Koarmatim dan Kodam V serta dukungan beras dari Mabes TNI. Beras yang dikirim dari Pekalongan ini baru datang setelah upacara pemberangkatan selesai.
Minggu 25 Desember 2016, karena hari libur maka suasana lingkungan Koarmatim tentu saja tidak seramai hari hari biasanya. Kalaupun ada kesibukan yang mencolok hanya di marshalling area, di mana prajurit Satgakes PRC PB sibuk melakukan embarkasi dan persiapan upacara pemberangkatan. Seluruh personel sudah hadir, termasuk yang berasal dari kesatuan di Jakarta dan Jogyakarta. Pada jam 08.30 dilaksanakan upacara pemberangkatan dengan Irup Kepala RSAL dr. Ramelan Laksma TNI dr. Nalendra, Sp. BTKV (K), yang dihadiri Komandan lantamal V, Laksma TNI Edy Sucipto dan Kepala Staf Koarmatim, Laksma ING Ariawan, SE.MM serta Asop Divisi 1 Kostrad serta Komandan Menbanpur Pasmar-1. Menjelang tengah hari, barulah lambung KRI TBN 520 pelan-pelan bergerak menjauh dari bibir dermaga diiringi peluit penghormatan anggota Disyahal Lantamal V yang melaksanakan seremoni merplug dan melepas tali trost KRI.
Kapal yang diberi nama teluk di wilayah RI TBN 520 adalah Kapal Perang RI Jenis Landing Ship Tank terbesar yang dioperaikan TNI AL. Sebagai perbandingan untuk kapal jenis yang sama, generasi LST lama millk TNI AL untuk LST kelas Tacoma yang telah dipakai AS pada Perang Dunia II berbobot 1800 ton, sedang LST kelas Frosch produksi Jerman berbobot 1530 ton.Kapal yang diproduksi oleh perusahaan swasta nasional galangan kapal PT Daya Radar Utama Lampung ini, berbobot mati 2300 goss ton, panjang 120 m, lebar 18 m, tinggi 7,8 m dengan draft 3 m, mampu melaju dengan kecepatan maksimal 16 knot dan daya tahan operasi di laut selama 20 hari. PT Daya Radar Utama menyerahkan KRI TBN 520 pada tanggal 17 Juni 2017 kepada Kementerian Pertahanan. (www.drusshipyard.com Juni, 17,2015). Sebagai alut sista baru, kelebihan KRI TBN 520 dibanding pendahulunya adalah mampu membawa 10 unit tank jenis Main Batle Tank (MBT) Leopard 2A4 milik TNI AD yang berbobot 62,5 ton.
KRI TBN 590 lalu menyusur melalui buoy demi buoy Alur Perairan Barat Surabaya (APBS). Sebagian anggota masih berada di tepi railing kapal, menghubungi keluarga masing-masing dan mengirim foto situasi awal pelayaran senyampang masih mendapat sinyal HP. Gawai sungguh membantu menjaga spirit pasukan sebagai media komunikasi dengan keluarga. Harapan seluruh personel satgas, berangkat 275 orang, kembali pulang utuh dan sehat 275 orang. Saya yakin harapan itu tersampaikan juga kepada Tuhan oleh sekelompok anggota Satgas baik personel kesehatan maupun ABK KRI beragama Kristen yang mengadakan ibadah malam doa bersama bertempat di ruang makan perwira. Itu. Tentu tidak bermaksud menyesali keadaan dengan mengisahkan menyambut natal 2016 di tengah laut, apalagi bila dibandingkan saudara-saudara di Bima yang mungkin merayakan natal di lokasi pengungsian.
Selama berlayar lintas laut menuju Bima NTB, kami melaksanakan konsolidasi, inventarisasi kesiapan material yang harus dikenali oleh personel yang berasal dari berbagai kesatuan, menyusun organisasi tugas dan rencana pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan tugas pokoknya Satgaskes didukung personel sejumlah 275 orang, dengan komposisi dari Yonkes 2 Kostrad 100 personel, Yonkes 1 Marinir 100 personel, Yonko 464 Korpaskhas AU 31 personel, Puskes TNI 2 personel, RSPAD Gatot Subroto 11 personel, Kesdam IX/Udayana 1 orang, RSAL dr. Ramelan 24 personel dan Diskes TNI AU 5 personel. Dua puluh dua orang diantara personel tersebut adalah dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi spesialis. Adapun organisasi tugas yang disusun diantaranya adalah Komandan Rumkitlap Letkol Laut dr. Aminuddin Harahap, Spesialis Anak, untuk mendukung Komandan Satgas yang telah ditunjuk melalui telegram Panglima TNI. Bagi Satgaskes PRC PB Bima, tugas ini merupakan tantangan untuk mengelola interoperabilitas jajaran kesehatan TNI dihadapkan pada singkatnya tahap perencanaan dan persiapan.
Komandan satgas Kolonel CKM drg Ketut Sukarnata yang sehari-hari menjabat sebagai Kakesdam IX/Udayana tidak ikut berlayar dengan KRI Bintuni 520, namun sudah berada di Bima sejak tanggal 24 Desember 2016 untuk melaksanakan Rapid Health Asessment ( RHA). Kakesdam IX/UDY menuju Bima langsung dari Denpasar, sejak Walikota Bima menyatakan status tanggap darurat sehubungan dengan musibah banjir yang melanda wilayahnya. Selain Tim RHA, Kesdam IX Udayana juga mengirim 1 Tim Bantuan Kesehatan (TBK) untuk memberikan pertolongan awal kepadfa korban bencana dan memperkuat Klaster Kesehatan yang dipimpin Kadinkes Kota Bima. Kegiatan awal Tim RHA dan TBK ini dilaksanakan mengacu kepada Buku Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana (Kemenkes, 2011).
Dari Kakesdam IX/Udayana saya menerima informasi pendahuluan tentang situasi dan kondisi kota Bima, termasuk rencana lokasi gelar Rumkitlap, kemampuan fasilitas kesehatan lokal dalam memberikan pelayanan baik pelayanan dasar di Puskesmas maupun rawat lanjutan di rumah sakit, lokasi pengungsian, situasi distribusi air bersih, distribusi BBM, situasi sanitasi pemukiman dan tentu saja apakah masih terus turun hujan Informasi juga saya kumpulkan sebelum berangkat berlayar dari berbagai media termasuk dari media sosial. Informasi data kesehatan resmi juga saya peroleh dari profil kesehatan Provinsi NTB dan Kota Bima yang bisa kami akses via internet. Semua data tersebut penting bagi kami untuk menyusun Peta Situasi, Peta Operasi, Peta Administrasi dan Logistik. Selutuh data tersebut kami bahas sampai waktunya istirahat malam.
Selasa, 27 Desember 2016, saya terbangun ketika anjungan kapal menggemakan oemrop waktu sholat subuh, arah kiblat.dan lokasi sholat jemaah. Pemandangan di luar jendela kamar masih gelap pekat. Baru setelah jam 04.30 mulai tampak siluet pulau, rupanya KRI Bintuni 520 berlayar di perairan yang yang tak jauh dari pantai. Tentu saja hal ini yang diharapkan personel Satgas, karena kemungkinan besar bisa mendapat sinyal telepon seluler. Kepada Dansatgas saya informasikan posisi KRI dan perkiraan Waktu Datang (WD) KRI Bintuni. Sekitar jam 08.00 WIT, KRI Bintuni 520 sudah masuk perariran Bima dan Jam 10.00 anjungan mengumumkan “Kapal pada posisi, kapal pada posisi” artinya KRI Bintuni 520 sudah aman bersandar di dermaga.
Di Dermaga telah menunggu Dansatgaskes, Dandim Bima, Dandenbekang Korem serta pejabat Pemda Bima. Tak berapa lama kemudian kami sudah bertemu dan berkumpul di Longue Room kapal. Dansatgaskes, Staf BPBD Bima dan Kadinkes Kota Bima menyampaikan informasi singkat perkembangan dan penanganan bencana kepada PJO Satgaskes TNI PRC PB. Dari kapal PJO disertai pejabat terkait kemudian menuju ke Kantor Walikota yang dijadikan Posko Bencana Banjir Bima, di sana telah menunggu Kepala BNPB Laksda TNI Willem Rampangiley. Sementara personel satgas melaksanakan debarkasi dan segera bergeser ke kawasan Paruga Nae, lokasi Rumkitlap TNI akan digelar.
“Bima kami datang dan siap melaksanakan tugas”.
Pudji Widodo
Sidoarjo, 24 Desember 2020.
(Ditulis untuk mengenang : Gempa Bumi dan Tsunami Maumere Flores12 Desember 1992, Tsunami Aceh 26 Desember 2004, Gempa Aceh Pidie Jaya 7 Desember 2016 Banjir Bandang Bima 21-23 Desember 2016, Tsunami Banten dan Lampung 22 Desember 2018).
*Telah tayang di Kompasiana 24 Desember 2020
Marshalling area : kawasan di pelabuhan laut atau bandara yang digunakan untuk berkumpulnya pasukan dan perlengkapannya termasuk kendaraan sebelum masuk ke dalam kapal atau pesawat yang akan mengangkut menuju lokasi tertentu.
Merplug (Belanda) : Suatu seremoni penghormatan khas Angkatan Laut untuk menyambut dan melepas kapal yang datang menuju atau berangkat meninggalkan pangkalan
Oemrop (Belanda) : pemberitahuan tentang suatu hal yang disampaikan dari anjungan kapal melalui pelantang suara kepada seluruh ABK di setiap ruangan kapal.
Komentar
Posting Komentar