Lontong Opor dan Kereta api

Oleh : Pudji Widodo

(Stasiun Kereta Api Cepu, foto :  ngopibareng.id)


Lontong Opor Pak Pangat

Meskipun baru saja berkumpul dalam temu kangen di Semarang Agustus 2022, kami sebagian dari warga paguyuban Gunung Brintik sepakat untuk berkumpul lagi di Cepu Blora. Gunung Brintik adalah lokasi kelas kami para mahasiswa FK Undip belajar di belakang kompleks Rumah Sakit dr. Kariadi. Kelas kami juga dekat kawasan pemakaman Bergota yang sesuai kontur kota Semarang berada di ketinggian.

Tangga15 Oktober 2022 pagi jam 06.10 kereta api KA Ambarawa Ekspres  rute Surabaya-Semarang, membawa saya menuju Cepu. Dari rute sebaliknya, kelompok teman-teman di Semarang menuju Cepu juga menggunakan KA Ambarawa Ekspres. Baik dari Surabaya maupun Semarang KA Ambarawa Ekspres melayani penumpang dengan dua jadual perjalanan setiap hari.

Tak lebih dari 5 jam kami berada di Cepu. Tuan rumah adalah Mas Radix yang telah bertugas sebagai dokter PNS lebih dari  30 tahun di Cepu. Mas Radix menjamu kami bukan hanya di kediamannya, tapi juga membawa kami ke Warung Lontong Opor Pak Pangat. 

Termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Blora Jawa Tengah, Kecamatan Cepu menjadi pembatas dengan Provinsi Jawa Timur. Selama ini Cepu terkenal sebagai Kota Minyak, yang ditandai dengan Monumen Pompa Minyak di Jalan Ronggolawe  dekat stasiun Cepu maupun yang berada di Jalan Gajah Mada, Karangboyo Cepu. Namun kini Warung Pak Pangat pun mengangkat nama Cepu melalui wisata kuliner.

Dari kediaman Mas Radix di Balun, perlu setengah jam untuk menuju Desa Ngloram lokasi di mana Warung Pak Pangat berada. Warung Pak Pangat tidak sampai lima menit dari Bandara Ngloram. Perjalanan menjadi lebih lambat karena adanya pengerjaan beton di sebagian jalan yang melewati Warung Pak Pangat.

Bila jalan beton ini rampung, mungkin jumlah kunjungan ke Warung Lontong Opor Pak Pangat lebih ramai lagi. Namun dengan kemudahan itu bukan berarti pengunjung dapat sesuka hati datang berkunjung. Untuk menikmati "maknyus"nya opor Pak Pangat, pengunjung harus melakukan pemesanan dulu. Bila tidak demikian, pengunjung akan menemukan tulisan "HABIS" yang tergantung di tiang teras warung.

Pak Pangat sengaja mempertahankan warungnya seperti umumnya rumah lama di kawasan Bojonegoro sampai Blora yang menggunakan kayu jati.  Dinding depan rumah berwarna oranye, sedang tiang- tiang teras dan tiang dalam rumah bercat hijau. Meja makan dan bangku panjang pun dari kayu jati yang disiapkan untuk sekitar 40 pengunjung. 

Di belakang tempat saya duduk tergantung pigura foto Menhub RI Budi Karya Sumadi yang pernah menikmati lezatnya lontong opor Pak Pangat. Sejak dibuka pada tahun 1997, hanya memiliki satu cabang warung lontong opor Pak Pangat yaitu di Kecamatan Kedungtuban. Menu yang disajikan di Kedungtuban juga dimasak di Ngloram yang masih tetap bertahan menggunakan kayu bakar.

Karena sudah melakukan pemesanan, tak lama setelah kami datang opor ayam pun segera tersaji di meja makan. Selain lontong, Pak Pangat tetap menyediakan nasi. Untuk lontong tersaji masih terbungkus daun pisang dan pengunjung dapat memotongnya sendiri sesuai selera.

Dalam mangkok kaca besar, kuah kemerahan, cabai yang termasak utuh dan aroma bawang goreng sudah menggoda selera. Berbeda dengan lontong yang bila masih merasa kurang pengunjung dapat membuka pembungkus dan menambah potongan, tidak demikian dengan opor ayamnya. Jumlah potongan ayam sesuai pesanan, dan pengunjung tidak dapat menambah pesanan di tempat. 


Ayamnya empuk dan bumbunya meresap total dalam setiap serat urat daging ayam kampung sampai kunyahan terakhir sebelum  ditelan kerongkongan. Sekilas mirip lontong Cap Gomeh, namun tetap berbeda pedas, gurih dan empuknya. Barangkali ini yang disebut nikmatnya tak bisa terkatakan, tapi dapat dirasakan. 

Warga luar kota Cepu mudah menemukan warung Pak Pangat. Layanan pemetaan web Google membantu kebutuhan tersebut.  Terdapat penanda banner "Lontong Opor Pak Pangat," disertai tulisan "HABIS" tergantung di tiang teras depan warung. 

Puas dan dikenyangkan di warung Pak Pangat kami tidak singgah lagi di rumah Mas Radix, namun langsung menuju stasiun kereta api Cepu. Sebagian besar teman ke barat kembali ke Semarang menggunakan KA Ambarawa Ekspress dan dua orang ke Jakarta dan Pekalongan menggunakan KA Jayabaya. Sore hari itu juga saya ke Surabaya, sendiri menggunakan KA Darmawangsa dari Jakarta.

Mengenang sepur jadul

Sementara menunggu kedatangan KA Darmawangsa dari Jakarta, ruang tunggu Stasiun Cepu membawa saya kepada kenangan saya bersama kereta api. Bekerja di Jakarta pada tahun 1999 - 2001 dan 2018 - 2020, sementara keluarga di Surabaya, membuat saya bergantung kepada ular besi itu pulang pergi menyusur pantura Jawa. Miniatur lokomotif seri CC-20145 melengkapi koleksi diecast saya untuk mengenang jasa kereta api dalam perjalanan hidup saya.

(Koleksi diecast lokomotif seri CC-20145, dokpri)

Suasana stasiun Cepu tertib, rapi dengan toilet umum yang kebersihannya terjaga. Revolusi layanan kereta api bukanlah pernyataan berlebihan. Gambaran penumpang yang duduk memenuhi atap gerbong KRL dua dekade yang lalu merupakan catatan sejarah, sebelum berubah menjadi nyaman pada semua aspek pelayanan. 

Semua itu dimulai dari perintah Ignasius Jonan agar lebih dulu membereskan kebersihan toilet umum di Stasiun, bukan dari ketidaknyamanan gerbong kereta api (kompas.com, 17/11/2020). Ignasius Jonan adalah Direktur Utama PT KAI periode 2009-2014.

Pernah ada masa di mana gerbong kereta ekonomi yang di setiap perhentian berubah menjadi pasar karena penuh penjual asongan, sampai kini toilet gerbong mengkilat tanpa bau zat ureum sisa metabolisme tubuh para penumpang. Sekarang petugas cleaning service menyusuri gerbong mengambil sampah. Dulu ada orang yang bermodal sapu pendek "memaksa" membersihkan kolong tempat duduk, yang tanpa temuan sampah namun tetap meminta jasa pembersihan. 

Stasiun kecil yang terlewati juga mengingatkan masa rel ganda belum dibangun. Stasiun kecil sering menjadi lokasi kereta ekonomi harus mengalah bila terjadi "kres" antar kereta api dan memberi kesempatan kereta yang kelasnya lebih tinggi untuk lewat lebih dahulu. Terbayang rumitnya tugas pengatur perjalanan kereta api dengan terbatasnya teknologi komunikasi saat itu dan risiko kecelakaan tentu lebih tinggi dari jaman sekarang.

Rel ganda membuat perjalanan lebih cepat dan frekwensi kereta api yang melintas meningkat. Risiko kecelakaan justru bersumber dari pengguna moda transportasi lainnya. Hal ini terkait adanya jalur rel kereta api dan jalan raya pada lintasan sebidang tanpa pengaman palang pintu. 

Kebetulan pada perjalanan Cepu -Surabaya tanggal 15 Oktober 2022, pintu gerbong kereta eksekutif tempat saya duduk bermasalah. Pintu geser rupanya keluar dari relnya. Sebuah situasi yang berpotensi memperburuk risiko bila terjadi kedaruratan, karena gangguan pembukaan pintu  akan menghambat proses evakuasi. Hal seperti ini tidak boleh terjadi di gerbong kereta api apapun kelasnya.

Setelah beberapa kali terulang dan petugas cleaning service berusaha memperbaiki, sampai kesekian kalinya upaya tersebut gagal. Pintu akhirnya normal kembali setelah teknisi datang memperbaiki. Terlepas dari kualitas pemeliharaan rutin sehingga terjadi gangguan teknis dalam perjalanan, saya tetap memberi apresiasi atas kesigapan teknisi kereta api.

Semua kenyamanan dan keamanan pelayanan kereta api tersebut didukung  kemudahan sistem tiket. Telepon pintar telah membuat semua informasi tentang layanan transportasi kereta api berada dalam genggaman. Tinggal menyentuh aplikasi di layar gawai. Memilih tujuan perjalanan, jenis kereta api, bertransaksi termasuk cara pembayaran bisa kita lakukan dari rumah atau gerai retail melalui KAI-Access.

Bagi para lansia dan anggota Veteran RI, juga telah disiapkan mekanisme reduksi harga tiket. Hanya karena status pandemi Covid-19 belum dicabut, maka vaksinasi booster masih menjadi persyaratan. Untuk itu sistem tiket PT KAI telah terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi Kemkes RI.

Satu hal yang juga penting, kepastian tempat duduk dan nomor KTP identitas  penumpang yang tercantum pada tiket berkaitan dengan daftar manifes dalam moda transportasi. Dalam peristiwa kecelakaan moda transportasi bisa terjadi identitas penumpang kebetulan tidak ditemukan. Posisi tempat duduk dalam daftar manifes yang terekam dalam sistem tiket moda transportasi akan membantu mempercepat identifikasi korban dan proses administrasi asuransi.

Penutup

Demikian sedikit catatan perjalanan Cepu - Surabaya, tentang lontong opor Pak Pangat dan jasa transportasi kereta api. Lontong opor yang oleh Pak Pangat  dipertahankan kekhasannya, tidak berubah sampai sekarang tetap dimasak di atas tungku dengan kayu bakar. Berbeda dengan lontong opor, pelayanan transportasi kereta api dituntut terus berubah semakin baik, sebagai transportasi publik yang modern, nyaman dan aman.

Stasiun Cepu juga mengingatkan masa kecil saya bermain di stasiun kereta api. Saat itu gerbong kereta yang sedang di"langsir," adalah wahana bermain gratis anak kampung sekitar stasiun kereta api Wonokromo  (pw).


Pudji Widodo,
Sidoarjo, 23102022 (128).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legwraps sepatu tentara bukan aksesori tanpa makna

Pengesahan Nama Korps, Satuan dan Baret KKO AL Sebagai Pasukan Pendarat Amfibi

Bukan Sekedar Membangun Citra, Kompi Protokol Mabes TNI AL Ganti Kostum