Oleh : Pudji Widodo
Penyebab penyakit kuning.
Pada dekade sembilanpuluhan di kalangan prajurit satuan tempat saya bertugas, terdapat asumsi bahwa penyakit hepatitis disebabkan kurangnya asupan "yang manis-manis." Saya sering mendengar pendapat tersebut khususnya setelah pelaksanaan pembinaan fisik personel satuan.
Bersyukur bila setelah pembinaan fisik mereka mendapat bubur kacang ijo. Namun bila mendapat minuman teh yang ternyata kurang manis, maka segera akan terdengar gerutu prajurit "wah bisa kena hepatitis atau penyakit kuning nih." Padahal sebenarnya para prajurit juga didukung kudapan ringan lainnya. Entah dari mana mereka mendapat referensi atau hanya sekedar gurauan. Seiring waktu pendapat tersebut kini tak terdengar lagi.
Sebagian masyarakat mengenal penyakit kuning sebagai penyakit hepatitis. Tetapi sebenarnya penyakit kuning tidak selalu karena hepatitis. Memang pada tahap tertentu, pengidap hepatitis mengalami kondisi di mana kulit dan selaput bola mata tampak menguning akibat adanya zat bilirubin yang terdifusi di bawah kulit dan selaput lendir.
Bilirubin adalah pigmen berwarna jingga kuning. Bilirubin merupakan hasil destruksi sel darah merah yang normalnya terjadi secara periodik. Bilirubin dibentuk di organ hati kemudian dilepaskan ke dalam usus sebagai empedu yang berfungsi untuk membantu pencernaan.
Pada orang normal, bilirubin seharusnya dibawa oleh darah ke hati, lalu dibuang melalui pencernaan bersama tinja. Namun, pada keadaan tertentu, kadar bilirubin malah meningkat dalam darah.
Peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah yang melebihi nilai normal disebut Bilirubinemia. Manifestasi Bilirubinemia berupa warna kulit dan selaput bola mata akan tampak kuning yang disebut ikterus atau joundice. Kondisi ikterus ini yang kemudian populer sebagai penyakit kuning.
Penyebab hiperbilirubinemia secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan tubuh untuk untuk mengeluarkan zat tersebut.
b. Gangguan dalam proses pengambilan bahan baku dan proses penggabungan di organ hati.
c. Gangguan proses transportasi bilirubin.
d. Gangguan dalam pengeluaran. Gangguan ini dapat terjadi akibat
sumbatan dalam organ hati atau di luar hati.
Di bawah ini adalah contoh kondisi yang berhubungan dengan penyakit kuning :
- Kelainan bawaan. Bayi baru lahir dapat mengalami ikterus yang bersifat sementara dan segera pulih normal. Namun pada beberapa bayi terjadi bilirubinemia yang mengancam kesehatannya. Beberapa bayi mengalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
Enzim G6PD membantu sel darah merah tetap berfungsi normal dan menjaga sel darah merah tidak mudah rusak akibat pengaruh infeksi dan senyawa berbahaya. Bayi juga dapat mengalami penyakit kuning akibat tidak berfungsinya organ hati. Bilirubinemia dapat menembus sampai otak bayi, menyebabkan kerusakan otak dan kematian bayi.
- Penyakit Infeksi : Selain hepatitis virus, penyakit kuning juga dapat timbul pada hepatitis tifosa, malaria dan demam kuning. Komplikasi penyakit tifus dapat menimbulkan radang hati, sehingga fungsi hati termasuk dalam mengolah bilirubin menjadi terganggu.
Penyakit kuning bisa terjadi pada malaria. Pada fase tertentu parasit malaria akan merusak sel darah merah. Destruksi berlebihan eritrosit ini menyebabkan peningkatan kadar bilirubin. Meskipun tidak pernah terjadi di Indonesia, infeksi virus demam kuning yang banyak terjadi di Afrika juga dapat menimbulkan tanda ikterus.
Selain malaria, pecahnya sel darah merah berlebihan yang menyebabkan ikterus juga terjadi pada penyakit thalasemia, ketidaksesuaian golongan darah ibu dan bayi, penyakit sindrom Gilbert dan sindrom Crigler-Najjar.
- Obat-obatan : Penyakit kuning dapat timbul akibat mengkonsumsi obat tertentu. Obat penurun panas parasetamol dan antibiotika sulfametoksasol, juga obat malaria primaquin diketahui dapat menimbulkan bilirubinemia.
- Penyakit kuning akibat tumor di saluran empedu maupun kanker hati.
- Hepatitis virus : Ikterus dapat timbul pada berbagai hepatitis virus. Jenisnya meliputi Hepatitis virus A, Hepatitis virus B, Hepatitis virus C dan Hepatitis virus E.
Hepatitis virus misterius dan mewaspadai ancaman PIE
Hepatitis virus A menular melalui makanan minuman. Hepatitis virus B dan C menular melalui cairan darah termasuk penggunaan jarum suntik bersama para pecandu narkoba.
Hepatitis virus D, menular melalui cairan darah dan terjadi hanya pada mereka yang lebih dulu mengidap Hepatitis virus B. Hepatitis virus E menular melalui makanan, minuman dan cairan darah.
Di tengah belum tuntasnya penanggulangan pandemi Covid-19, sempat muncul Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui penyebabnya (Hepatitis of unknown origin /HUO). Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan KLB kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022 lalu. KLB dialami kelompok anak sejumlah 170 kasus di 12 negara.
Hepatitis misterius alias HUO pun sudah masuk Indonesia. Sampai 23 Juni 2022 Kemkes RI menyatakan bahwa terdapat 30 kasus yang diinvestigasi (
liputan6.com).
Sampai saat ini belum ditemukan jasad renik apa yang menjadi penyebab HUO. Namun diduga dari kelompok Adenovirus yang menyebabkan batuk pilek.Munculnya HUO mengingatkan kita semua untuk terus mewaspadai penyebaran Penyakit Infeksi Emerging (PIE). Penyakit Infeksi Emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging infectious disease).
Penyakit Infeksi Emerging berpotensi menyebar menyebabkan pandemi dan kedaruratan global. Untuk mengatasinya diperlukan kerjasama internasional sesuai ketentuan WHO melalui International Health Regulation (IHR) 2005.
Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan jenis-jenis PIE yang di antaranya antara lain: Poliomielitis; Ebola; MERS; Influensa A (H5N1)/Flu Burung; Virus Nipah; Demam Kuning; Demam Congo; Anthrax, Meningitis dan yang terbaru Covid-19 (kemkes.go.id). Sejarah mencatat pandemi flu spanyol bahkan menghentikan Perang Dunia I, karena kematian jutaan prajurit.
Bila dicermati, terdapat kesamaan dari berbagai penyakit baru yang kemudian digolongkan sebagai PIE. Selain potensi penyebarannya yang cepat, juga penyebab penyakit baru tidak langsung dengan mudah diketahui sejak awal. Beruntung sejak dimulai dari Wuhan, dalam waktu 2 bulan penyebab Covid -19 bisa diketahui dan tidak sampai setahun karena darurat WHO mengijinkan vaksin yang telah ditemukan bisa segera dipakai. Juga telah ditemukan obat plaxlovid dan molnupiravir untuk Covid 19.
Sebaliknya hingga kini meskipun telah menjadi problem puluhan tahun, kita belum berhasil menemukan vaksin untuk Demam Berdarah dan HIV/AIDS. Tentu dunia juga penuh harap menunggu perkembangan riset perusahaan bioteknologi Moderna yang telah melaksanakan uji klinis tahap awal dari vaksin mRNA HIV (farmasetika.com, 30/1/2022). Di tanah air melansir tniad.mil.id, saat ini Puskesad bekerjasama dengan Lembaga Eikjman sedang meneliti penggunaan vaksin antimalaria bagi prajurit.
Langkah praktis yang kita lakukan untuk mencegah PIE terutama adalah menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik untuk pribadi maupun lingkungan. PHBS yang optimal akan menekan risiko penularan penyakit via makanan-minuman (waterborne), cairan darah maupun percikan lendir pernapasan maupun aliran udara (airborne).
Dengan pendekatan penyakit sebagai bencana, para pemangku kepentingan tentu akan melaksanakan mitigasi kesehatan. Namun penting juga perlunya kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya preventif, deteksi dan respon penanggulangan KLB dan wabah penyakit.
Wasana kata
Bahasan tentang penyakit kuning telah mengantar kita mengenal berbagai penyebabnya, termasuk di antaranya adalah hepatitis. Munculnya hepatitis akut misterius (HUO) telah mengingatkan kita semua, bahwa setiap saat kita dihadapkan kepada potensi munculnya PIE. Kelompok PIE bukan hanya muncul sebagai KLB, namun juga bisa berkembang cepat menimbulkan bencana wabah berupa pandemi yang memorakporandakan masyarakat global.
Saat ini dunia secara tidak langsung terkena dampak ekonomi akibat perang konvensional Rusia-Ukraina. Namun ada perang bentuk lain yang selalu mengancam peradaban manusia yaitu perang melawan penyakit. Bahkan penyakit baru yang termasuk PIE dapat menjadi ancaman nonmiliter terhadap eksistensi negara. Artinya penyakit dapat menjadi salah satu pilihan jenis senjata dalam perang (pw).
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 01072022.(117)
Sumber foto klik : foodsafetynews.com,
Tautan informasi klik : news.unair.ac.id, kesad.mil id, liputan6.com, farmasetika.com, kemkes.go.id
Artikel ini telah diunggah di eskaber.com, 4/7/2022.
Komentar
Posting Komentar