Brimob dan Raider, menguak sejarah hingga sinergi tugas di tanah Papua
Oleh : Pudji Widodo
Brimob pernah minta dilatih Kopassus
Ketika masih tergabung dalam ABRI, sama seperti satuan matra yang lain, Brimob pun mendapat tugas menumpas berbagai pemberontakan dalam negeri. Untuk meningkatkan kemampuan tempur guna menegakkan kemerdekaan Indonesia yang masih berusia muda, personel Brimob dikirim menjalani pelatihan di Amerika Serikat dan Filipina. Mereka ini yang kemudian melahirkan satuan Brimob Ranger yang kemudian berubah menjadi Pasukan Pelopor Brimob.
Perubahan kebijakan pertahanan keamanan mengubah organisasi Brimob menjadi kecil. Brimob bahkan sempat berada di bawah Direktorat Samapta dan Resimen Pelopor dilikuidasi. Ketika supremasi sipil kembali menguat dan operasi keamanan dalam negeri lebih dominan bertajuk penegakan hukum, maka revitalisasi Brimob menjadi kebutuhan.
Menghidupkan Resimen Pelopor yang sempat dibubarkan Orde Baru, menjadi alasan pemulihan kemampuan paramiliter yang pernah setara light infantry. Maka pada tahun 2015, Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti mengajukan permohonan kepada Panglima TNI agar Brimob dilatih Kopassus untuk mendapat kualifikasi Raider (kompas.com, 27/7/2015). Namun upaya tersebut tidak berhasil, meskipun Badrodin Haiti menjelaskan yang dimaksud adalah pelatihan penjejakan dan ketahanan di hutan.
(sumber foto : detik.com, 27/7/2015)
Kebutuhan pelatihan Raider menjadi nyata ketika Brimob menumpas kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di kawasan pegunungan Poso. Tercatat yang berhasil menembak mati Santoso pemimpin kelompok MIT adalah prajurit Kostrad dari Yonif 515 Raider/Ugra Tapa Yudha pada tanggal 19 Juli 2016. Sinergi harmonis Polri dan TNI ini terwadahi dalam Operasi Tinombala yang dilanjutkan dalam operasi Madago Raya.
Setahun setelah ditolak mengikuti pelatihan Raider TNI AD, pada tahun 2016 Brimob sudah menyatakan resmi bahwa personel Pelopor Brimob berkualifikasi kemampuan Jungle Warfare. Hal ini tercantum dalam Surat Keputusan Dankorbrimob Nomor : Kep/52 /IV/2016 tentang Brevet Jungle Warfare. Selain brevet perang hutan, dengan alasan medan penugasan gunung dan hutan, maka tepat pada HUT Brimob 14 November 2014, Kapolri Jendral Polisi Sutarman meresmikan kembali penggunaan loreng Brimob.
Brevet perang hutan dan loreng Brimob dapat dimaknai kesanggupan dan respon tanggungjawab terhadap berubahnya pendekatan masalah keamanan yang mengedepankan peran Polri. Brimob pun melakukan latihan Gerilya Anti Gerilya (GAG). Hal ini penting karena seluruh satuan Brimob berpotensi menjalani rotasi penugasan di wilayah Papua menghadapi aksi hit and run Kelompok Separaris Teroris/KST (versi Polri : Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB).
Kini Brimob dikembangkan menjadi 3 satuan komando kewilayahan. Telah dibentuk Pasukan Brimob I bermarkas di Aceh, Pasukan Brimob II di Kalimantan Timur dan Pasukan Brimob III di Timika Papua. Brimob yang pernah dipimpin seorang Kolonel Polisi kini dikomandani Komisaris Jendral Polisi. Meskipun sudah berkembang besar, di lapangan tugas Brimob tetap dimungkinkan bersinergi dengan satuan-satuan TNI. Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI mencantumkan tugas perbantuan kepada Polri pada jenis Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Saat ini salah satu batalyon infanteri TNI AD yang mendapat giliran rotasi penugasan di Papua adalah Yonif 321 Raider/Galuh Taruna. Pada tanggal 15 April prajurit Yonif 321 R/GT terlibat kontak tembak dengan KST yang mengakibatkan 5 personelnya gugur dan 7 orang luka di Distrik Mugi Kabupaten Nduga. Ini adalah kerugian personel terbesar sejak awal tahun 2023 selama TNI membantu Polri dalam operasi penegakan hukum di Papua.
Seperti di pegunungan Poso, palagan penugasan di tanah Papua menjadi ajang pengabdian Brimob bersama satuan-satuan TNI. Polri dengan dukungan TNI bersama melaksanakan tugas penegakan hukum dalam operasi Damai Cartenz. Simbiosis antara Brimob dengan satuan tempur TNI sebagai mitra tugasnya, termasuk satuan Raider, saat ini adalah upaya pembebasan sandera pilot Susi Air.
Raider dari masa ke masa
Sejak dekade 1960, nama Raider telah digunakan berbagai batalyon infanteri TNI AD. Batalyon-batalyon Raider berperan melakukan berbagai operasi militer untuk menegakkan dan membela kemerdekaan NKRI. Terdapat kisah pada kampanye militer Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat, kompi gabungan personel RPKAD dan Yonif Raiders 530 dalam Operasi Naga melaksanakan terjun payung di atas belantara Merauke.
Operasi Naga dipimpin Kapten Benny Moerdani disertai perwira kesehatan Lettu dr. Ben Mboi. Berbeda dengan dr. Ben Mboi yang selamat hingga akhir penugasan, dua orang paramedis bintara kesehatan satuan gugur dalam tugas. Atas jasanya dalam upaya merebut Irian Barat, seluruh personel operasi Naga mendapat anugerah Bintang Sakti dari Presiden Soekarno.
Pelopor kehadiran dan penggunaan nama Raider adalah Batalyon 431/Banteng Raider yang diresmikan di Tegal pada tahun 1953. Batalyon 431/BR kemudian berubah menjadi Yonif 401/BR, Yonif 400/Raider dan kini menjadi Yonif 400 R/Banteng Raider. Sempat bernomor Yonif 454/BR, pada tahun 1963 dipimpin Letkol Untung sebagai Komandan Batalyon yang kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh G30S/PKI.
Lebih dari sekedar nama, pada tahun 1981 Menhankam Pangab Jendral TNI M. Yusuf bahkan membuat program rencana strategis pemantapan 100 batalyon ABRI berkualitas Raider. Program latihan ini bukan hanya untuk satuan infanteri TNI AD saja, tetapi juga diikuti oleh Satuan Marinir TNI AL dan Kopasgat TNI AU. Sebelum latihan pemantapan juga telah dilaksanakan latihan gabungan pelatih Raider di jajaran ABRI yang diikuti perwakilan pelatih dari Kopasgat <2>.
Satuan Raider kekinian dibentuk berdasar ide Kasad Jendral TNI Ryamizard Ryacudu pada tahun 2003. Ryamizard Ryacudu menginginkan satuan infanteri yang mempunyai kemampuan tempur lebih dari batalyon infanteri reguler. Batalyon Raider dibentuk agar mampu melaksanakan tugas lawan gerilya dengan mobilitas tinggi, perang berlarut dan penanggulangan teror, termasuk operasi pembebasan tawanan.
Seorang prajurit Raider dituntut mampu bergerak di segala medan, baik pemukiman, gunung, hutan maupun rawa laut serta perubahan cuaca. Kemampuan tersebut dilaksanakan dengan mengutamakan unsur pendadakan dan mobilitas tinggi melalui operasi raid. Seluruh materi latihan kualifikasi Raider ditempuh dalam 3 bulan (tni.mil.id, 30/9/2021).
Selain Batalyon Infantri Raider, TNI AD juga membentuk Raider Khusus, Mekanis Raider dan Para Raider. yang tersebar di berbagai Kodam dan jajaran Kostrad. Bahkan di jajaran Kostrad, satuan Raider masih harus mengikuti latihan standardisasi Cakra. Sebentuk upaya, bukan hanya demi kemampuan olah keprajuritan, namun juga meningkatkan kebanggaan satuan.
Sejarah mencatat eksistensi Satuan Raider meliputi 3 fase perkembangan, awal kemerdekaan; era orde baru dan raider modern. Namun di era kapan pun, sebagai prajurit profesional, Raider harus mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai akuntabilitas. Pada sisi inilah, jatuhnya korban prajurit TNI, khususnya dari satuan Raider TNI dalam kontak tembak dengan KST mendapat perhatian masyarakat.
Kabar duka adalah risiko tugas, namun ada pula berita yang membawa harapan kesejahteraan. Pada wilayah yang lain satuan Yonif 330 Para Raider/Tengkorak Kostrad berhasil membangun jaringan air yang sangat dibutuhkan masyarakat beberapa perkampungan di Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Prestasi karya bakti Yonif 305 PR/Tengkorak adalah sebagian dari perwujudan harapan masyarakat. Kehadiran satuan TNI diharapkan memulihkan keamanan, melancarkan pembangunan berbagai bidang serta meningkatkan kualitas layanan publik dan kegiatan ekonomi. Sebaliknya KST menghambat tercapainya outcome dari bertugasnya satuan TNI di Papua yang dibiayai dari uang rakyat.
Wasana kata
Konflik di tanah Papua tak kunjung usai sejak 60 tahun yang lalu. Ini memunculkan anggapan para aktifis HAM atas terus dipeliharanya rantai dan lingkaran kekerasan di tanah Papua. Juga menjadi paradoks karena Indonesia berpartisipasi menjadi juru damai pada konflik di berbagai negara, tetapi gagal mewujudkan perdamaian di negeri sendiri.
Secercah harapan dimunculkan mantan tokoh OPM wilayah Keerom, Lambert Pekikir dan Lazarus Karoba. Pada tanggal 1 Mei 2023, mereka menyerahkan 6 pucuk senjata kepada Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa. Lambert Pekikir mengajak kepada generasi muda Papua saat ini untuk mengutamakan kedamaian, dialog dan jangan menggunakan senjata untuk mewujudkan pembangunan di Bumi Cenderawasih (antara.com, 2/5/2023).
Sambil berharap para anggota KST dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) bersedia kembali kepada NKRI, TNI dan Polri terus bahu membahu berbagi tugas agar Operasi Damai Cartenz berhasil mewujudkan perdamaian di tanah Papua. Performa prajurit TNI juga bhayangkara Polri, apapun kualifikasi kemampuan tempurnya, adalah keluaran dari pendidikan dan latihan serta diberi perlengkapan yang memadai dari uang rakyat.
Para prajurit TNI dan bhayangkara Polri bukan hanya diminta akuntabilitas tugasnya di medan tempur, tetapi juga harus berupaya agar KST kehilangan minat dan inisiatif bertempur serta membangkitkan motivasi perdamaian. Seperti dua sisi uang logam, pendekatan keamanan dan kesejahteraan tidak bisa dipisahkan. Kualifikasi olah yuda yang dimiliki Brimob Polri dan Satuan Raider bukan hanya menunjukkan mereka sebagai aktor keamanan, tetapi jauh lebih penting adalah aktor perdamaian dan kesejahteraan di tanah Papua (pw).
Pudji Widodo,
Sidoarjo 03052023 (137).
Rujukan informasi : 1, 2, 3, 4
Telah diunggah di tafenpah.com, 3/5/2023
.
Komentar
Posting Komentar